zaQ corner

Internasionalisasi KeIndonesiaan

Posted on: November 26, 2008

Baru pertama kali saya kemarin mengikuti ajang kompetisi internasional (Asia Pasific ICT Award). Ada fenomena menarik yang saya lihat ketika bangsa Indonesia dihadapkan dengan bangsa lain, yaitu sifat keIndonesiaan yang masih sangat kental dan tidak proporsional. Saya lihat sepintas ciri khas seperti ini cenderung destruktif di tengah masyarakat dunia yang semakin mengglobal.

Salah satu cirikhas yang bisa dilihat dari penamaan karya software yang mengikuti kompetisi kemarin. Semua nama software dari berbagai negara bahkan srilanka, vietnam, filipina (yang notabene kualitasnya di bawah Indonesia) menggunakan bahasa Inggris yang mudah dimengerti. Begitu orang membacanya paham apa software tersebut. Sedang Software Indonesia tidak demikian, mereka memberi nama aplikasinya dengan awalan SI (Sistem Informasi), ada SIPAMOR, SIAP, dll. Saya tidak tahu apa yang orang luar negeri pikirkan ketika mendengar nama-nama seperti ini. Tentunya ini cukup berpengaruh dari sisi marketing.

Setelah saya telusuri, sifat demikian ternyata tidak terjadi di dunia software, melainkan juga persepakbolaan. Di Indonesia ada Persib, Persija, Persikabo, Persijatim, dan per-per lainnya. Yang terpenting lagi adalah penamaan organisasi pemerintahan atau komunitas bisnis. Dalam dunia software sendiri ada Asosiasi Piranti Lunak Indonesia (ASPILUKI), dimana organisasi lain menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dunia Internasional, contoh Pakistan, PASHA (Pakistan Software House Association). Walaupun menurut shakesphere “apalah arti sebuah nama”. Tapi setidaknya ini menunjukkan belum siapnya masyarakat Indonesia menghadapi percaturan global. Selain contoh-contoh di atas saya kira dengan mudah masih banyak contoh-contoh lagi ciri khas keIndonesiaan yang cenderung destruktif. Rasanya kita harus mulai membumikan “Think Globally, Act Globally”.

6 Responses to "Internasionalisasi KeIndonesiaan"

Hmm,.
Mungkin ada beberapa hal yang memang dapat diberlakukan seperti ini, namun masih perlu pemilahan yang rinci,. 🙂

kenapa destruktif zak?
kok gw malah berfikir itu ciri khas ya?

g tau deh kalo soal yang lain.. tp kalo menurut gw yang sepakbola justru jangan diganti.. itu ciri khas banget soalnya

Cinta nama dalam negeri yoh
contoh:
Sistem Informasi paJAk daN CUKai = SI JANCUK

pernyataan ade ma nanto cenderung mirip, seperti nama-nama sepakbola memang kurang destruktif. Tapi kaya nama asosiasi ma nama software menurut saya pribadi destruktif (walo ga banget), coz ada nilai marketable-nya. Dari sisi kita sih ok memandang itu khas, tapi mereka ga ngerti apa artinya itu. Kecuali negara kita negara superpower sih..mungkin bisa push market dengan nama yang khas demikian.

sy baca waktu browsing cari bahan tugas B. Indonesia. Sy ko merasa tulisan ini ga bangga sm B. Indonesia ya? Oke “We think Globally,act globally”, tp ga perlu ganti nama kan? Kita aja berusaha untuk menginternasionalisasikan bahasa Indonesia, ko malah minta diganti. Dengan pake B. Indonesia kan malah bisa bantu menginternasionalisasikannya. Dilihat dari jml penuturnya aja, baik yang diluar maupun di dalam negeri, Sebenarnya B.Indonesia punya peluang untuk jadi bahasa internasional lho. Klo soal marketing, tinggal cara penawarannya gimana…

Think Globally, act globally. Bukan Westernisasi.

Leave a reply to zamakhsyari Cancel reply

Counter Pengunjung

  • 36,649 pukulan

Pages

MiniCatalogue